![]() |
Istirahat dalam Damai Ene' Daku, Ene Paulina |
Ene Paulina.. sedikit enggan kuambil segenggam mawar untuk menabur dipusara mu, tanda ketidakmampuan saya menerima semua ini, itu semua karena saya masih sangat membutuhkan mu, namun apalah daya Kuasa Tuhan lebih sempurna diatas segalah-galahnya, Alfa omega, inilah kata-kata yg menguatkan saya. Dalam permenungan kutulis sedikit isi hati saya ini agar melempiaskan segala rindu yg tak berujung ini, meskipun air mata penuh dipipi, lewat Doa Mu, kuatkan saya...
Ene' Paulina, Apa kabar mu diasana? Hingga saat ini saya masih belum terlepas dari belenggu rindu yg mengikat hati ku ini, saya belum terima bahkan tidak sanggup membayangkan kenyataan ini, Selasa 31 Mey 2022, adalah sejarah yg sangat menyayat hati saya, tidak ada tanda atau apapun sebelumnya, pagi itu saya bersiap- siap untuk berangkat kerja, melihat cucu mu Jiovanni yg makin hari makin bertumbuh dan berkembang membuat semangat saya untuk bekerja semakin menggebu.
Jam 7:39 hp saya berdering, telfon masuk yg membuat saya Sedikit gemetaran karena baru kali ini orang dari kampung menelfon saya pagi-pagi. Sejenak saya mengangkat telfon itu, kami berbicara biasa- biasa saja, menanyakan kabar dan beberapa basa-basi. Pikiran saya tidak tenang dari bunyi kalimatnya sepertinya ada yg disembunyikan, Namun saya tetap berusaha untuk berpikir positif, karena mungkin saja beliau benar-benar hanya menanyakan kabar saya disini. selang beberapa saat kemudian hp saya berdering lagi, pikiran saya mulai tidak tenang, untuk kali itu badan saya mulai gemetaran, pikiran saya mulai ngelantur kemana-mana, dan benar saja saya mendapat kabar saya diluar batas kemampuan saya. Pikiran saya hancur, hati saya tersayat-sayat hancur tak beraturan. Sungguh saya tak mampu menghadapi kenyataan itu, badan lemas tak sanggup berdiri hingga langsung rebahan diatas kasur. Air mata berlinang tak beraturan. Pikiran saya benar-benar buntu, hati saya gelap hingga tak mampu untuk berbuat apa-apa. Ene Paulina, masih banyak tugas yg harus kuselesaikan untuk mu, masih banyak janji-janji yg belum kupenuhi, kepergian mu menoreh luka dan penyesalan yg tak terbadingkan dihati anak bungsu mu, kini saya tak bisa menanyakan kabar mu lagi, tak ada lagi curhat tentang rencana dan Harapan-harapan kecil ku diamasa yg akan datang, niat untuk memeluk mu, mencium tangan mu diliburan bulan desember besok kini sirna bagai debu yg diterpa angin yg tak tau entah kemana arah.
Ene' Paulina, kepergian mu membuat separuh semangat ku hilang. Hati saya benar- benar hancur, separuh dunia ku redup, jika sebelumnya ku tau engkau akan pergi selama-lamanya, akan ku tepati janji ku kepada mu walau diluar batas ku, setidaknya dengan hal kecil itu membuat engkau tersenyum dan mungkin saja berpikir bahwa anak bungsu mu sudah dewasa dan bertanggungjawab, kenapa Ene' tidak memberi tahu yg sebenarnya setiap kali saya bertanya “ Ene So,o botang It?”. Ene Paulina saya sangat menyesal dan merasa seakan menjadi seorang anak yg nakal dan pandai membual saat engkau meminta pertolongan. Sebenarnya saya tak sanggup menghadapi kenyataan ini, jangankan menghadapi, membayangkan saja sangat tak sanggup, ini terlalu diluar batas saya, saya bingung entah harus berbuat apa, Ene Paulina... Kami ber-empat anak mu masih sangat membutuhkan Engkau, masih membutuhkan Pelukan mu, masih membutuhkan senyum mu, kami masih belum sekuat engkau menghadapi dunia ini, engkau pergi terlalu cepat Ene, kami masih ingusan dan sangat membutuhkan mu untuk membimbing kami, Ene Paulina kepergian mu membuat anak bungsu mu merengek sepanjang hari, masih belum kuat untuk ditinggalkan, masih banyak cerita yg hanya kuceritrakan kepada mu saja. Saya bingung entah sampai kapan Hari ku kembali seperti sedia kala, dimana hampir setiap Minggu engkau menelfon ku, menanyakan kabar saya, mama lalong cucu mu Jiovanni. Ene Paulina, diliburan kedepanya, saya tak lagi membawa obat untuk mu, tak lagi membawah oleh-oleh, hanya sebaris Doa yg mampu kubawah untuk mu, walau sebenarnya saya tak kuat tanpa engkau apalagi menghadapi hari kedepanya, air mata ini terus berlinang, mengingat mu, mengingat senyum mu, mengingat kata-kata mu mengingat suara mu yg sungguh tak dapat luput dari pikiran ku setiap waktu, hampir setiap saat kulihat foto mu, kudengar rekaman suara mu, setidaknya itu semua mengobati rindu yg tak tertahan ini. Banyak cinta yg kudapatkan didunia ini tapi tak sekuat cinta mu, banyak kasih sayang yg kuperoleh sampai hari ini, tetapi tidak sebesar kasih sayang mu, sudah banyak jalan yang kutemukan dalam kehidupan saya lewat kata-kata mu selama ini, namun saya masih belum cukup untuk membahagiakan mu, saya sudah banyak mendapatkan kebahagiaan, kehangatan lewat pelukan mu, namun tak mampu membahagiakan engkau. Ene' Paulina.. lewat Doa Saja saya ceritakan kepada Tuhan tentang Engkau selama masih dibumi, selama engkau bersama kami, kuatkan saya, semogah saya menjadi sosok yg bertanggungjawab seperti engkau membesarkan kami ber-empat dan memenuhi kasih sayang terhadap kami. Ene' Paulina ditengah kebingungan dan kepasrahan ini saya yakin engkau sesungguhnya tidak meninggalkan kami, kita hanya beda alam saja untuk saling mendoakan. Dilubuk hati ku yg paling dalam akan ku simpan semua kata-kata mu, cerita hidup mu, hingga nanti akan kuceritrakan kepada cucu-cucu mu Kelak, karena sampai kapanpun, engkau tetap menjadi “ Ene Daku, Ene Paulina” .
Komentar
Posting Komentar