Langsung ke konten utama

RITUS ADAT "PANGE MANUK/ TURUK MANUK" BERDASARKAN SUDUT PANDANG ANTROPOLOGI

Penulis : Kristo Sapang

Berbicara mengenai Adat, bagi sebagian besar orang (termasuk saya) merupakan suatu topik yang sangat menarik untuk dibahas ataupun dikaji. Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit mengkaji satu Ritus Adat yg penting dan seringkali (Ritus Adat) dijalankan/dipraktekan di Keseluruhan Wilayah di Kabupaten Manggarai baik itu MATIM, MATENG dan MABAR. Secara umum ketiga wilayah ini memiliki kesamaan pada adat dan budaya beserta praktek-prakteknya, Agar pembahasan Kita lebih mengerucut dan tidak ngelantur kemana-mana, mari kita fokus pembahasan berkaitan dengan ritus Pange Manuk/ Turuk Manuk   di Tanah Manus/ Mukun- MATIM NTT. 

Pengertian 

Pange Manuk/ Turuk Manuk adalah suatu ritus adat yang bertujuan untuk memanggil, menyembah atau menyebut Roh Nenek Moyang dengan menggunakan Ayam sebagai media persembahanya (Manuk= Ayam). Pange Manuk/ Turuk Manuk bertujuan untuk meminta atau memohon kepada Roh Nenek moyang untuk diberikan Kelancaran, Kesuksesan berbagai hal dalam aspek Kehidupan. Pange Manuk/ Turuk Manuk  biasa dilakukan pada : Membuka musim tanam baik itu dilahan basah maupun kering, Upcara Wuat Wa'i, Pergantian Tahun, syukuran Wisudah dll pada intinya Pange Manuk/ Turuk Manuk  dilakukan saat Penganut merasa sangat membutuhkan campur tangan Roh Nenek moyang untuk memperlancar segalah urusan.

Sebelum kita berselancar lebih jauh lagi ke pembahasan, perlu kita ketahui bahwa setiap tempat diwilayah tanah Manggarai memiliki tata cara dan praktek yg sedikit berbeda dalam menjalankan ritus adat Pange Manuk/ Turuk Manuk . Semua benar adanya, tetapi Setiap point-point dalam ritus adat tentunya memiliki simbol dan syarat akan nilai-nilai dan disamping itu, sebagai subjek Adat terkadang kita hanya bisa menjalankan/mempreakteknya saja tanpa mengetahui simbol dan Nilai yg terkandung didalamnya sehingga mempengaruhi sudut pandang kita dan Generasi selanjudnya tentang Adat, bahkan kesannya  hanya menjalankan saja tanpa mengetahui arti dan tujuanya.

Berdasarkan Sudut pandang Antropologi, adat dan segalah macam prakteknya adalah suatu jenis kepercayaan (Agama Bumi) yang tidak dapat diabaikan begitu saja, posisi Agama Bumi dalam kehidupan manusia setara dengan Agama Wahyu (Percaya kepada Tuhan yg Maha Kuasa ) kedua kepercayaan ini tentunya Sama-sama dianut oleh Orang yang mempercayainya, keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan yang signifikan bahkan pada point-point tertentu secara gambalang ada yg berseberangan atau berlawanan lalu bagamiana langkah kita sebagai subjek untuk menyikapi perbedaan tersebut? Apakah kita sebagai Subjek sudah menjalankanya dengan benar tanpa mencedrai, mengurangi baik agama Bumi atau agama Wahyu? Ataukah hanya “ikut rame” karena sudah menjadi kebiasan walaupun pada jalan yang kurang tepat? Pertanyaan inilah yang selalu terbesit di benak saya sehingga menginspirasi saya untuk sedikit menelaah tentang hal ini. Dalam tulisan ini Saya mencoba untuk mengkaitkan Pange Manuk/ Turuk Manuk dengan sudut pandang antropologi.

Sebelum menuju ke Pembahasan lebih lanjut, alangkah baik kita mengetahui dan memahami terlebih dahulu Pengertian dan ciri-ciri dari agama Bumi dan agama Wahyu sehingga selesai membaca tulisan singkat saya ini, diharapkan pembaca dapat mengklasifikasikan jenis-jenis agama Bumi dan agama wahyu.

Agama Bumi dan Agama Wahyu.

1.      1. Agama Bumi

Agama bumi atau disebut wad'i (natural Religion) merupakan agama yang bersumber pada akal, pikiran, dan perilaku manusia, sehingga disebut juga agama budaya.

ciri-cirinya Yaitu :

·         Konsep ketuhanannya tidak monotheis, lebih dari satu Tuhan ( Animisme )
·         Tidak disampaikan oleh rasul
·      Kitab suci bukan berdasarkan wahyu Tuhan
·         Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik terhadap  perbedaan peradaban manusia
·         Sistem merasa dan berfikir sama dengan sistem merasa dan berfikir kehidupan masyarakat penganutnya.
·         Keberadaanya jauh sebalum agama Wahyu.                                                                             

  2.  Agama Wahyu

Agama wahyu dapat disebut juga agama samawi, agama langit merupakan agama yang percaya atau mengimani Tuhan, kepada rasul-rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.

Ciri-ciri agama Wahyu yaitu:

Agama wahyu berpokok pada konsep ke-Esa-an Tuhan (monotheis).
·         Agama wahyu beriman kepada Nabi.
·         Terdapat kitab sebagai petunjuk bagi penganutnya.
·         Sesuai dengan ajaran agama wahyu dan historisnya maka agama wahyu adalah agama misionary.
·         Ajaran agama wahyu tegas dan jelas.
·         Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para pemeluknya, yang berpegang pada aspek duniawi maupun aspek spritual dan kehidupan ini
·         Sistem merasa dan berfikir tidak sama dengan sistem merasa dan berfikir masyarakat penganutnya
·         Keberadaan atau kemunculanya setelah agama Bumi

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri diatas, tentunya kita sudah bisa menemukan benang merah yg menjadi acuan kita dalam mempraktekanya. Berdasarkan pengertian dan ciri-cirinya juga kita sudah menemukan jurang perbedaan yang cukup jauh diatara keduanya. lalu bagaimana dengan Pange Manuk/ Turuk Manuk ?. mari kita telaah lebih lanjud!

3.      Pange Manuk/ Turuk Manuk

Pange Manuk/ Turuk Manuk, merupakan ritus adat yang sering dipraktekan /dijalankan diwilayah Manggarai secara keseluruhan. Dalam mepraktekan Pange Manuk/ Turuk Manuk ini setiap daerah memiliki tatacara yang tidak sama. Pada point ini penulis ingin memfokuskan pandangan pada tatacara ataupun teknis yang pada dasarnya sama namun dengan cara yang berbeda. Terdapat bebrapa teknink dan tatacara yang menurut penulis sudah berlawanan atau kurang sesuai dengan pengertian serta ciri-ciri agama Bumi dan agama Wahyu berdasarkan sudut pandang antropologi. kesalahan-kesalahan kecil ini dianggap sepele, namun sangat berdampak bagi diri sendiri dan generasi selanjudnya terlebih khusus sebagai pewaris Budaya. 

beberapa hal yang keliru ketika dikaitkan dengan sudut pandang antropologi yaitu :

a.      Menyebut Nama Tuhan Allah saat Pange Manuk/ Turuk Manuk

Saat Pange Manuk/ Turuk Manuk, kita sedang memfokuskan Ritus/Acara kepada kepercayaan Animisme ( Roh Nenek Moyang) lalu kenapa menyebut nama Tuhan Allah? dalam sepuluh Perintah ALLAH sudah mejelaskan dengan tegas bahwa Jangan Menyembah Berhala, Berbaktilah kepada Ku saja. 

menurut pembaca, saat Menjalakan ritus Pange Manuk/ Turuk Manuk apakah kita sedang menyembah Berhala?

b.      Secara bersamaan Berdoa kepada Tuhan Allah dan Pange Manuk/ Turuk Manuk

edikit pengalaman Penulis, pada Daerah tertentu di Manggarai, Pange Manuk/ Turuk Manuk  diawali dengan Doa dan dipertengahan Doa, lansung dilaksanakan Pa nge Manuk/ Turuk Manuk Pertanyaanya, disaat yang sama sebenarnya mau menyembah siapa? Tuhan Allah ataukah Nenek moyang?

c.       Urutan Berdoa kepada Tuhan Allah Selanjudnya Pange Manuk/ Turuk Manuk

Pada point ini mungkin dapat dimaklumi karena ketidaktahuan kita tentang rentetan sejarah asal muasal agama Bumi dan agama Wahyu sebab Berdasarkan rentetan ataupun kemunculannya Agama Bumi yang duluan ada, sehingga jika ingin melaksanakan keduanya dalam waktu yang sama, maka seharusnya Pange Manuk/ Turuk Manuk didahulukan, alasanya karena ini menjadi suatu simbol atau petunjuk bahwa agama Bumi berada jauh sebelum agama Wahyu ada.

  Keseluruhan isi dari tulisan ini merupakan opini dari Penulis yang beracu pada antropoli dan melibatkan Pengalaman. segalah perbedaan tatacara ritus adat sebenarnya bukan mejadi hal yang diperdebatkan, akan tetapi alangka baik semunya itu diluruskan dan jika dibutuhkan sekurang-kurangnya bisa diterima menggunakan logika sederhana sehingga generasi selanjunya tidak keliru dalam mengambil siakap Adat yang merupakan cirikhas dan identitas diri kita


Tabe..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romansa diujung senja

  Kututup sejenak kedua mata Berusaha membuka kenangan Waktu itu diujung senja Ku pegang jemari tangan mu untuk yg pertama kali Senyum tipis dibibir merona Engkau sedikit malu-malu untuk menolak Namun cahaya mata mu tak dapat terhelak Kutahu engkau sedang jatuh cinta Akupun tak kalah, jantung berdebar tak tentu arah Untuk pertama kali aku parah termabuk asmara Langit merona nan awan putih berarak dilangit menjadi saksi perjumpaan itu Burung-burung menari dilangit senja Seakan bersukaria melihat kita berdua Raja siang tak mau kalah  walau perlahan kembali ke sarang Ia tetap setia memancarkan cahaya Diufuk barat cahaya merah merona, menambah hangatnya suasana Hangat bagaikan asmara yg membuat kita mabuk bersama Diujung senja kita mengikat janji, untuk hidup bersama hingga nanti Aku sungguh ingin bersama mu, nona manis yg telah lama hadir dalam mimpi Trimakasih untuk waktu yg singkat ini. #just in illution Kristo sapang 

" MAP MERAH" SIMFONI KASIH SAYANG YANG TAK PERNAH KUSAM

  FOTO: Mama Paulina Cinta Tanpa Syarat. Alkisah Pada Sautu   pagi, Di Sebuah Rumah terlihat sedang Hiruk pikuk menyelsaikan Tugasnya Masing-masing. Sang ayah Mengutak atik Volume dan tunning Radio, sedangkan si Kakak Sibuk menyelsaikan Novel karya Chairil Anwar. Dia Penasaran Dengan Endingnya.      Sang Adikpun tidak mau Kalah dgn Tugas Onlinenya, Dia Merengek Kesana Kemari, tak Ada Satupun menggubrisnya. Sang Ibu sibuk menyajikan sarapan Pagi untuk Anggota keluarganya. Semua penuh kesibukan Masing-masing.        Beberapa saat kemudian, Semua kesibukan Itu Berakhir sejenak, lantas Sang ibu sudah menyajikan semua Makanan diatas meja makan. Semua anggota Keluargapun berkumpul, Berdoa lalu Sarapan pagi. Lekas Sarapan, sang Ayah perlahan menanyakan   kepada Si Adik. Dik apa Tugas Sekolah Mu? Sang adikpun menjawab, “Tugas Sekolah ku yaitu membuat Prakarya, yaitu Menempel Semua Hasil prestasi anggota kluarga kita Di ruangan Tamu, nant...

MENDUNG MEMBALUT JIWA

  MENDUNG Awan gelap menutup langit pahlawan Sang fajar enggan menunjukan muka Petir raksasa mengglegar, merobek isi langit pagi ini Aku dan jiwa ku terbangun dari mimpi manis itu Setelah lelap dalam pelukan malam Kini kuajak jiwa untuk berkelana Ditengah kerasnya kehidupan kota Kucoba untuk melangkah Bersama harapan yg redup hampir sirna Mendung Lepaskan belenggu duka yg menghantam jiwa Basailah hati yg gersang Jika engkau datang hanya membawa luka Peluklah gunung-gunung disana Biarkan kami mulai dengan hati yang cerah Menjemput dewi dari langit sana Mendung Biarkan alam bersukaria Engkau pergi membawa nestapa Lewat engkau kutitip duka dan luka Agar pergi bersama raja siang Biarkan besok dia datang dengan harapan baru Menjanjikan keindahan setiap insan Agar ribuan mata melihat, betapa agung ciptaan-Nya. #Kristo_sapang