Suatu hari seorang pengusaha kayu menerima pelamar penebang kayu, dan sang penebang kayu berjanji melakukan yang terbaik. Sang pengusaha kemudian memberikan modal kerja kepada penebang kayu berupa kapak yang masih baru dan amat tajam. Pada hari pertama bekerja sang penebang bekerja sepenuh hati dan bisa menebang 10 pohon kayu karena kesungguhan kerja dan ketajaman kapak tersebut. Sang pengusaha melihat hasilnya akhirnya memuji kepada pegawai barunya, “waaah kerja luar biasa, belum pernah ada penebang kayu dengan hasil seperti engkau... Bagus!!!.. Teruskan!" “Terimakasih Tuan,” sahut sang penebang sambil tersenyum puas atas hasil kerjanya hari ini. Hari kedua sang penebang berangkat dengan semangat dan penuh motivasi karena dipuji oleh sang majikan. Dia bekerja keras, tapi anehnya dia hanya mampu menebang 8 pohon. Hari berikutnya dia mencoba bekerja lebih keras dan berangkat lebih pagi, tapi sekali lagi dia hanya mampu menebang 7 pohon. Sang penebang kayu itu berangkat lebih pagi lagi dan pulang lebih sore. Dia mencoba bekerja lebih keras dan keras lagi. Tapi sekali lagi hasil tebangan kayunya semakin lama semakin menurun, Bahkan dalam satu hari nyaris tdk ada kayu yg tumbang ditebangnya. Dengan menunduk lesu dan tidak bersemangat sang penebang kemudia menemui sang majikannya.
“Tuan, sepertinya aku sudah kehilangan kemampuan dan keahlianku dalam menebang kayu. Aku malu dengan hasil kerjaku,”
kata sang penebang kayu dengan menunduk penuh penyesalan. Sang majikan dengan penuh perhatian menyimak dan berkata,
“coba ceritakan kepadaku apa yang terjadi.” Maka sang penebang kayu bercerita dengan sejujurnya.
“Hmmmmm.. Boleh saya bertanya?..” kata sang majikan. “Kapan terakhir kali anda mengasah kapak yang aku berikan kepadamu?”
Sang penebang kayu mendongak, dan menunjukkan muka keheranan. “... mengasah kapak?.!! Bagaimana aku sempat mengasah kapak?!!” Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?” “Tuan, sungguh saya sibuk sekali menebang kayu. Dari pagi sampai sore saya menebang kayu… Mana sempat saya menghabiskan waktu mengasah kapak yang tuan berikan kepadaku?” jawab si penebang kayu.
Sambil tersenyum sang majikan menjawab, “Tahukah Kamu?... Di sinilah letak masalah terbesar Mu.
Masih ingat ketika saya memberikan kapak baru dan tajam untuk bekerja pertama kali? Ditambah dengan skill dan keahlianmu maka Kamu mencapai hasil dan prestasi yang luar biasa.” kata majikan mengawali. Sambil menghela nafas, sang majikan melanjutkan, “hari berikutnya engkau bekerja seperti biasa dengan skill dan tenaga yang sama, tetapi hasilnya menurun. Semakin hari engkau bekerja semakin keras dan semakin keras. Tetapi ketika alat pendukungmu yaitu kapak tidak engkau asah maka ketajamannya menumpul. Sesibuk apapun engkau bekerja maka hasilnya akan menurun, maka sempatkanlah mengasah kapakmu.” Akhirnya sang penebang kayu menyadari kesalahannya, “terima kasih tuan.. saya sudah menyadarinya, saya siap memperbaiki kesalahan saya.”
Dan sang penebang kayu mulai mengasah kapaknya sebelum dia berangkat kerja, memastikan bahwa kapaknya setajam ketika baru dan akhirnya kemampuan menebang kayu dan hasilnya sesuai harapannya. Terkadang Dalam Hidup Kita Sering Mengandalkan Ego kita, Tanpa Mengedepankan Rasional Dalam berpikir. Sehingga Hasil yg kita Dapat Tidak sesuai Harapan. #Kiaji0
Komentar
Posting Komentar