Remang-remang fajar menyapa di langit timur sana
Dinginnya udara pagi yang menusuk hingga ke tulang.
Di tengah padang belantara terlihat anak-anak berjalan.
Layaknya berbaris mereka mengikuti jejak jalan.
Pakaian mereka tidak seragam namun sepintas dilihat dari semangat mereka sepertinya mereka memiliki tujuan yang sama.
Mereka sedang berjalan menuju masa depan.
Sejenak kupercepat langkah kakiku untuk menemui mereka.
Selamat pagi Adik-Adik?
Selamat Pagi kak
Kalian hendak ke mana?
Sekolah kak.
Kalian sekolah Dimana?
SDI Satar Mata Kak.
SDI SATAR MATA
Aku salah seorang murid di SDI satar mata.
Mungkin banyak orang belum mengetahui sekolah kami. Nah, disini saya akan menjelaskankan sedikit tentang sekolah kami.
SDI satar mata adalah sebuah sekolah yang terletak di Desa Gunung, kecamatan kota komba, kabupaten Manggarai Timur. SDI satar mata ini didirikan pada tahun 2001.
Awal mula didirikannya SDI Satar mata ini berstatus TRK ( Tambah Ruangan Kelas).
Dikatakan TRK karena selain fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yang kurang memadai, manajemen sekolah kami pada saat itu masih mengikuti sekolah tetangga yaitu SDI Galong. SDI Galong adalah salah satu sekolah yang terdapat di Desa Watu Pari, KEC Kota Komba, Kabupaten Manggarai timur. sekolah ini letaknya berdekatan dengan sekolah kami. Tahun pertama didirikan sekolah kami tercinta ini hampir ditutup karena tidak sesuai persyaratan jumlah murid. Pada saat itu, jumlah murid pertama adalah hanya 17 orang, mereka adalah murid musiman ( istilah lokal) murid musiaman adalah murid yang sudah terdaftar di SDI Galong namun pada musim bercocok Tanam atau pada saat panen raya, mereka dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di SDI Satar Mata, hal itu dikarenakan letak lahan pertanian mereka sangat dekat dengan SDI Satar Mata dan waktu mereka tidak cukup untuk mengikuti KBM di SDI Galong tidak hanya itu Derasnya aliran Wae Mokel memebuat mereka enggan untuk menyebranginya dan memilih untuk menetap di Satar Mata selama beberapa Bulan. pada tahun pertama jumlah ruangan hanya satu saja, itupun ruangan reot dan hasil swadaya dan kerja bhakti masyarakat. Selama 3 tahun lamanya sekolah kami tercinta ini masih "nebeng" dengan sekolah tetangga yaitu SDI Galong, berkat usaha dan kerja keras dari berbagai pihak yang salah satunya adalah misionaris asal Polandia Yang Bernama Pater Steva Wroz.SVD, sekolah kami bisa berdiri hingga saat ini.
Menuju ke sekolah kami adalah perjalanan yang tidak mudah, selain turun naik bukit dan pegunungan, pengunjung Diwajibkan untuk mengarungi derasnya aliran sungai.
Terlihat di foto Bapak kepala Sekolah ( Bpk. Wihelmus Dam, sedang Membantu anak-Anak mengarungi sungai).
Wae mokel
Wae Mokel adalah salah satu sungai yang tergolong sungai beraliran Deras yg terdapat di kabupaten Manggarai timur. Aliran wae mokel ini sangat deras di musim hujan, bahkan pada puncak musim hujan aliran sungai ini dapat menghayutkan Manusia dan beberapa hewan yang tersentuh aliranya.
Mengarunginya dibutuhkan kelihaian dan kelincahan.
Bagi sebagian orang, sangat sulit dibayangkan ketika anak seusia kami yang berusia sekolah dasar harus mengarungi derasnya aliran wae Mokel ini. Tidak bagi kami, karena sejak kecil kami sudah terbiasa melawan derasnya arus sungai ini. Bukanya bercanda dengan maut, akan tetapi ini adalah kewajiban yang harus kami tempuh untuk mencapai tujuan dan niat kami jika ingin bepergian keluar wilayah kampung kami.
kami tidak pernah bosan dan Patah semangat dengan hal ini.
Terbukti sudah bertahun-tahun kami Melakukan ini. Kami sangat mengharapkan adanya jembatan menuju ke tempat kami ini, tidak usah jembatan yang besar-besar jembatan kecil saja sudah cukup setidaknya bisa membantu meringankan langkah kami untuk bepergian keluar kampung kami. Berkali-kali sudah kami usulkan untuk merealisasikan ini namun hasilnya nihil.
Mungkin saja teriakan kami tidak keras hingga pemerintah daerah tidak mendengarkannya..
Yah.. tidak bisa disalahkan. mungkin saja mereka masih memikirkan masalah-masalah di pusat kota saja, hingga mereka lupa bahwa kami sesungguhnya Memiliki masalah yg lebih Serius dari Anak-anak yg berada di kota.
Hingga 2021 ini, kondisi ini masih tetap terjadi. bukannya mengeluh, akan tetapi hanya ingin menceriterakan pengalaman dari generasi ke generasi yang sesungguhnya. Jika ingin jujur, sesungguhnya kami sangat bosan dengan keadaan ini, namun harus bagaimana lagi pemerintah seakan sudah tutup mata untuk membuka jalan menuju ke sekolah dan kampung kami.
Ditambah lagi ketika tahun 2021 ini, kami sangat kesulitan untuk mengikuti ujian Sekolah Bebasis Digital (USBD) , bukan karena faktor kemampuan kami, namun karena sulitnya akses jaringan internet dan ketiadaan listrik membuat kami terpaksa untuk mengikuti USBD di sekolah Tetangga. Dihati kecil kami peristiwa ini sangat memalukan. Di kota, jangankan meminjam ruangan sekolah, meminjam pulpen aja sudah sangat memalukan.
Sesungguhnya kami tidak mengharapkan lebih, cukup didirikan jembatan untuk meringankan langkah kami menuju masa depan, yang didukung oleh jaringan internet agar kami bisa melihat dunia yg begitu luas, disamping itu terangilah rumah kami dengan listrik, agar semuanya terlihat indah.
kepada Bapak Ibu Guru kami Menimba ilmu, agar menjadi generasi masa depan yang gemilang.
Komentar
Posting Komentar